"Jika A adalah sukses dalam hidup, maka A = X + Y + Z. X adalah bekerja, Y adalah bermain, dan Z adalah menjaga lisan" ... "Kecerdasan tidak banyak berperan dalam proses penemuan. Ada suatu lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau apapun namanya, solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau mengapa" ... "Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak" ... with love :)

Sabtu, 28 Desember 2013

Kontrol Termodinamik dan Kontrol Kinetik Senyawa Organik

Kontrol termodinamika atau kinetika dalam reaksi kimia dapat menentukan
komposisi campuran produk reaksi ketika jalur bersaing mengarah pada produk yang berbeda serta selektivitas dari pengaruh kondisi reaksi tersebut. Kondisi reaksi seperti suhu, tekanan atau pelarut mempengaruhi jalur reaksi; maka dari itu kontrol termodinamik maupun kinetik adalah satu kesatuan dalam dalam suatu reaksi kimia.
Kedua kontrol reaksi ini disebut sebagai faktor termodinamika dan faktor kinetika, dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor termodinamika (adanya stabilitas realtif dari produk)
Pada suhu tinggi, reaksi berada di bawah kendali termodinamika (ekuilibrium,
kondisi reversibel) dan produk utama berada dalam sistem lebih stabil.
2. Faktor kinetik (kecepatan pembentukan produk)
Pada temperatur rendah, reaksi ini di bawah kontrol kinetik (tingkat, kondisi
irreversible) dan produk utama adalah produk yang dihasilkan dari reaksi tercepat.
Reaksi sederhana berikut (gambar 1) adalah koordinat diagram yang
menggambarkan dasar tentang kontrol termodinamika dan kinetika. Pada diagram
tersebut dapat dijelaskan bahwa bahan awal (SM) dapat bereaksi untuk memberikan dua produk yang berbeda yaitu P1 (garis hijau) dan P2 (garis biru) melalui jalur yang berbeda. Reaksi 1 (hijau) menghasilkan P1, dimana reaksi pada P1 akan bereaksi lebih cepat karena memiliki keadaan transisi lebih stabil (TS1). Hal ini karena adanya penghalang aktivasi yang lebih rendah. Jadi P1 adalah produk kinetik. Reaksi 2 (biru) menghasilkan P2. P2 adalah produk yang lebih stabil karena berada pada energi
yang lebih rendah dari P1. Jadi P2 adalah produk termodinamika.

Sekarang diperhatikan apabila temperatur pada reaksi tersebut diubah
sehingga energi rata–rata molekul berubah :
1. Pada tempearture rendah, reaksi terjadi sepanjang jalur hijau (P1) dan akan
berhenti ketika kekurangan energi untuk membalikkan ke SM (irreversibel), sehingga rasio produk reaksi ditentukan oleh tingkat pembentukan P1 dan P2, K1: K2.
2. Pada temperatur sedikit lebih tinggi akan menjadi reversibel sementara reaksi 2
tetap irreversibel. Jadi meskipun P1 dapat membentuk awalnya, dari waktu ke
waktu akan kembali ke SM dan bereaksi untuk menghasilkan produk P2 yanglebih
stabil.
3. Pada suhu tinggi, baik reaksi 1 dan 2 adalah reversibel dan rasio produk reaksi
ditentukan oleh konstanta kesetimbangan untuk P1 dan P2; K1 : K2



Kontrol termodinamika dan kinetika dari enolat

Apabila keton asimetrik direaksikan dalam kondisi basa, hal ini berpotensi ke bentuk dua regioisomer enolat (mengabaikan geometri enolar.Adanya enolat trisubstitusi mengarah pada kinetika dari enolat,
sedangkan enolat tetrasubstitusi mengarah ke termodinamika dari enolat. Hidrogen α terdeprotonasi untuk membentuk enolat kinetika adalah kurang menghambat, oleh karena deprotonasi lebih cepat. Secara umum olefin tetrasubstitusi lebih stabil dari pada olefin trisubstitusi oleh adanya stabilisasi hiperkonjugasi. Rasio regioisomer ini dipengaruhi oleh pilihan basa.


Secara umum, kinetika dari enolat dilakukan dengan cara reaksi dilakukan pada kondisi dingin, hal ini akan terjadi ikatan ionik antar logam–oksigen dan deprotonasi berlangsung cepat dalam kondisi yang lebih ringan. Sedangkan termodinamika dari enolat terjadi pada temperatur yang lebih tinggi dan terjadi ikatan kovalen logam–oksigen. Waktu kesetimbangan lebih longgar pada deprotonasi dengan sejumlah sub-stoikiometrik dari basa kuat. Penggunaan sejumlah sub-stoikiometrik basa memungkinkan dihasilkan sejumlah kecil fraksi senyawa karbonil tak–terenolasi untuk menyeimbangkan enolat ke regioisomer termodinamika dengan bertindak sebagai sumber proton.


Pertanyaan :

1. Bagaimana proses perubahan keadaan Termodinamika (Isobarik – Isokhorik – Isotermik – Adiabatik ) ?

jawaban :
- Proses isobarik adalah proses dimana tekanan gas tetap selama proses berjalan.
Proses isokhorik adalah proses termodinamika yang mana volume gas tidak berubah selama proses berjalan. Oleh karena volumenya tetap, maka kerja yang dilakukan gas = 0.
Proses isotermik adalah proses termodinamika yang mana selama proses berjalan, suhu gas tetap.
- Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang dilakukan oleh gas adalah murni berasal dari perubahan energi internalnya. Tidak ada energi yang masuk maupun yang keluar (Q) selama proses itu berjalan.

 


1 komentar:

  1. 1.Proses Isotermal
    Dalam proses isothermal ini berlaku persamaan gas ideal rV = n.R.T. Tetapi karena T tetap dan rV juga tetap maka dinyatakan rV = konstan atau r1.V1=r2.V2 dengan r1.V1 adalah tekanan dan volume mula-mula.
    r2.V2 adalah tekanan dan volume akhir.

    2. Proses isokhorik
    Dalam proses ini berlakupula persamaan gas ideal rV = n.R.T atau p:T=n.R:V karena n.R:V = tetap maka dinyatakan p:T=tetap atau p1:T1=p2:T2
    p1dan T1 adalah tekanan dan suhu mula-mula. p2:T2 adalah tekanan dan suhu akhir.

    3. Proses Isobarik
    Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap.dari persamaan keadaan gas ideal pV=nRT, dengan menganggap p dan nR selalu tetap,diperoleh hubungan V:T = konstan atau V1:T1 = V2:T2

    4. Proses Adiabatik
    Proses ini mengikuti rumus Poisson sebagai berikut : p.V.γ=konstan
    Atau p1.V1. γ =p2.V2. γ
    dengan γ = konstanta Laplace
    γ = Cp:Cv
    Cp = Kapasitas kalor pada tekanan tetap
    C v = Kapasitas kalor pada volume tetap

    Untuk gas monoatomik besarnya Cv dan Cp adalah
    Cv = 3/2 nR dan Cp = 5/2 nR
    Untuk gas dioatomik, besarnya Cv dan Cp adalah
    Gas diatomik pada suhu rendah ( ± 300 K)
    Cv = 3/2 nR dan Cp = 5/2 nR
    Gas diatomik pada suhu sedang (± 500 K)
    Cv = 5/2 nR dan Cp = 7/2 nR
    Gas diatomik pada suhu tinggi (± 1000 K)
    Cv = 7/2 nR dan Cp= 9/2 nR

    BalasHapus